Kerikil.id, Indramayu – Dunia seni pertunjukan rakyat tak bisa dilepaskan dari kiprah kelompok sandiwara yang tumbuh di tengah masyarakat. Salah satunya adalah Sandiwara Pulung Sari, yang lahir pada tahun 1980 berkat gagasan dan tekad seorang tokoh visioner,Caswad, yang di kenal dengan sebutan Wa Bandos.
Sejak berdirinya, Pulung Sari tampil bukan sekadar kelompok hiburan, melainkan wadah ekspresi budaya, pendidikan sosial, hingga ruang kritik yang hidup di hati masyarakat. Pementasan Pulung Sari dikenal dengan ciri khasnya, memadukan unsur drama tradisional, humor segar khas rakyat, iringan musik, serta pesan moral yang mengakar pada realitas kehidupan sehari-hari.
Bagi masyarakat Indramayu dan sekitarnya, nama Pulung Sari bukan hanya sebuah kelompok sandiwara, melainkan bagian dari perjalanan sejarah seni rakyat. Puluhan tahun mengarungi panggung desa hingga kota, Pulung Sari berhasil menjaga napas seni peran tradisional di tengah arus modernisasi yang kian deras.
Raden Brendy Sadan, SE, sebagai penerus meletakkan dasar yang kokoh agar Pulung Sari tak hanya hidup dari panggung ke panggung, tetapi juga berfungsi sebagai sarana perekat sosial. Melalui kisah-kisah yang dibawakan, masyarakat diajak untuk merenungi nilai persatuan, perjuangan, hingga tantangan zaman.
Kini, lebih dari empat dekade sejak berdirinya, Pulung Sari tetap eksis. Jejak panjangnya membuktikan bahwa seni tradisi mampu beradaptasi dan tetap dicintai oleh berbagai generasi. Semangat yang diwariskan ke Raden Brendy Sadan, SE terus menjadi energi, bahwa seni rakyat tidak boleh pudar, melainkan harus terus dihidupkan sebagai identitas budaya daerah.(*)














